REMAJA
DAN
MASA
DEPAN BANGSA
“Beri aku 10 pemuda, maka akan ku
ubah dunia”. Steatment tersebut pernah diungkapkan oleh Soekarno
bertahun-tahun silam. Remaja menurutnya adalah manusia yang memiliki peran
penting dalam peradaban kehidupan masa depan bangsa. Oleh karena itu, remaja
harus dididik, dibimbing, dan dibetuk moralitas, mentalitas, serta
karakteristiknya. Kehadiran remaja memiliki makna tersendiri di mata
masyarakat, karena berekspresi dan berapresiasi merupakan aktualisasi bagi remaja.
Sigmund Freud menjelaskan remaja
adalah manusia transisi. Artinya manusia yang sedang tumbuh dan berkembang dari
anak menuju dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut, terkadang menjadi
kebahagiaan bagi remaja itu sendiri, namun juga menjadi kekhawatiran tersendiri
bagi para orang tua. Kekhawatiran tersebut dikarenakan lemahnya remaja dalam
mengahadapi permasalahan kehidupan yang pelik seperti sekarang.
Sekarang ini, banyak remaja yang
masuk dalam kategori negatif-destruktif dan sedikit sekali remaja yang
masuk dalam kategori positif-progresif. Positif artinya sesuatu yang
bermanfaat dalam jangka waktu pendek, seperti; berolah-raga, belajar rutin di
sekolah, belajar ketika ujian. Progresif artinya suatu yang bermanfaat
dalam jangka waktu panjang, seperti; berorganisasi, aktif membaca, aktif menulis,
berdiskusi, latihan berkomunikasi, menjalin network dengan pihak lain.
Negatif artinya sesuatu yang jelek
dalam jangka pendek, mislanya; menggosip, sering nonton televisi, sering
jalan-jalan, dan malas bersih-bersih. Destruktif artinya sesuatu yang
merusak dalam jangka panjang, misalnya; hidup dengan gaya hedonisme, pacaran
yang tidak mengenal batas, minum minuman keras, dan tindak kriminal seperti
mencuri, merampok, seks bebas, dan bahkan sampai membunuh.
Contoh di atas merupakan bentuk-bentuk
dari permasalahan moral remaja. Asmani menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya
permasalahan moral remaja adalah sebagai berikut; Pertama, hilangnya fungsi
keluarga dalam mendidik putra-putrinya. Fungsi keluarga sekarang ini, hanya
fokus pada perekenomian keluarga semata tanpa memperdulikan sisi moralitas,
intelektual, maupun sosial putra-putrinya.
Kedua, hancurnya kondisi
lingkungan sosial. Lingkungan sosial sekarang ini, banyak lingkungan yang
merusak dan dihiasi dengan kemaksiatan serta kemungkaran, misalnya; tradisi billiar
dengan judi, nongkrong di tempat-tempat keramaian tanpa tujuan, munculnya
geng-geng remaja, dan lain sebagainya. Ketiga, gagalnya lembaga
pendidikan dalam menginternalisasikan nilai, moral, dan mental anak didiknya. Lembaga
pendidikan sekarang ini, hanya fokus pada pengembangan nilai akademik dan
menomorduakan dimensi moral, sementara pesantren kurang maksimal dalam mendidik
santri-santrinya, karena pesantren sekarang ini harus berbagi waktu dengan
sekolah formal.
Keempat, Pengaruh media
cetak/elektronik dengan menu-menu yang menyesatkan. Sekarang ini, banyak media
massa yang memberitakan bahwa era modern adalah era yang penuh dengan
kemewahan, kebebasan, kepuasan, bahkan sampai urusan seks sekalipun. Kelima,
kemerosotan ekonomi yang menindih rakyat. Kemerosotan ekonomi mengakibatkan
masyarakat menjadi miskin, pengangguran, dan tidak memiliki pekerjaan tetap.
Akhirnya mereka pergi ke luar kota bahkan sampai ke luar negeri untuk bekerja. Di
sana, mereka mengalami keterkejutan budaya, lalu meniru apa yang ada dan
membawanya pulang ke desa penuh percaya
diri sebagai simbol orang modern.
Kelima hal tersebut, merupakan
faktor utama yang menyebabkan moral remaja menjadi lemah. Oleh karena itu sudah
selayaknya ada pembenahan dari berbagai lini di bangsa ini yaitu, pendidikan,
lingkungan sosial, media, dan utamanya adalah keluarga, karena masa depan
bangsa ada di tangan para pemuda. Jika pemuda bangsa berkualitas, positif, dan
progresif, maka masa depannya akan menjadi berkualitas, kuat, dan maju.
Sebaliknya jika pemuda bangsa rapuh, negatif, dan destruktif, maka masa depan
bangsa akan buruk.