perilaku agresi



PERILAKU AGRESIF

I.                   PENDAHULUAN
Psikologi merupakan studi tentang tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan sistematika dan metode ilmiah, sehingga teorinya itu lebih objektif.[1] Tingkah laku yang totalitas sesuai dengan aspek kejiwaan individu itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor interen maupun eksteren sehingga seseorang tersebut memiliki sebuah kepribadian, karakteristik, sifat ataupun watak.[2]
Perilaku sosial merupakan perilaku keajegan dari individu yang terjadi di dalam suatu masyarakat. Dalam psikologi sering disebut dengan pendekatan behavioristik, karena fokus utamanya itu bahwa setiap perilaku manusia itu sebagai hasil interaksi memiliki orientasi tertentu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh para pelaku tindakan tersebut.[3]
Manusia dalam bertindak pasti didasarkan atas gagasan tentang apa yang difikirnya, atau mungkin yang diyakini kebenarannya, oleh karena itu manusia harus mencari sebuah kandali untuk itu.[4] Dalam dunia sosial, banyak diantara kita yang belum bisa mengontrol dirinya ketika mengalami sebuah masalah sehingga tak heran sekarang ini banyak menimbulkan perilaku-perilaku yang dimata umum itu kurang baik atau mungkin aneh, semisal timbul dalam diri adanya tindak kekerasan, kejahatan bahkan menimbulkan juga perilaku agresi dan lain sebagainya.[5]
Untuk itu dalam makalah kali ini akan membahas mengenai pengertian perilaku agresif, teori perilaku agresif, faktor penyebab perilaku tersebut, cara mengurangi perilaku tersebut, aplikasi dalam dakwah.
  
II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa yang dimaksud dengan perilaku agresif?
B.     Apa saja teori-teori tentang perilaku agresif?
C.     Apa saja faktor penyebab perilaku agresif?
D.    Bagaimana cara mengurangi perilaku agresif?

III.             PEMBAHASAN
A.     Perilaku agresif
Menurut kamus ilmiah popular kata “Agresi” mempunyai arti “serangan, serbuan, penyerangan atau penyerbuan ke wilayah kekuasaan (negara) lain; perasaan marah atau bermusuhan” sedangkan “Agresif” berarti “bernafsu untuk menyerang, dan menghancurkan”.[6]
Menurut kamus besar bahasa indonesia Perilaku Agresif secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat.[7]
Sedangkan menurut para ahli kata agresif yaitu sebagai berikut:
1.      Scheneiders, ia mengatakan bahwa agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.[8]
2.      Agresif menurut Baron adalah tingkah laku yang ditunjukkan untuk melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.[9]
3.      Perilaku agresif menurut David O. Sars adalah setiap perilkau yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.[10]
4.      Menurut Abidin agresif mempunyai beberapa karakteristik. pertama, agresif merupakan tingkah laku yang bersifat membahayakan, menyakitkan, dan melukai orang lain. kedua, agresif merupakan suatu tingkah laku yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melukai, menyakiti, dan membahayakan orang lain atau dengan kata lain dilakukan dengan sengaja. ketiga, agresi tidak hanya dilakukan untuk melukai korban secara fisik, tetapi juga secara psikis. misalnya melalui kegiatan yang menghina  atau menyalahkan.[11]
5.      Agresif menurut Moore dan Fine perilaku agresif adalah tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain atau objek-objek lain.[12]
6.      Agresif menurut Murry mendefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya adalah perilaku agresif dari seorang individu atau kelompok.[13]
7.      Menurut Sadock perilaku agresif yaitu tindakan yang bersifat kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya.[14]
8.      Menurut Manstead dan Hewstone agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai tersebut berusaha untuk menghindarinya.[15]
Dari beberapa pendapat para tokoh diatas bahwa perilaku agresif dapat dicondongkan pada 4 sandaran pokok:
a.       Agresi merupakan perilaku. Dimana segala aspek perilaku itu juga terdapat di dalam agersi, terutama emosi.
b.      Adanya unsur kesengajaan.
c.       Sasaran utamanya adalah manusia
d.      Bertujuan untuk menyakiti dan menghancurkan orang lain.
Kemudian dari beberapa pemaparan diatas maka kami dapat menyimpulkan bahwa perilaku agresif adalah bentuk perilaku kekerasan manusia terhadap sesamanya yang disengaja dan bertujuan untuk menyakiti baik secara verbal (ucapan) maupun nonverbal (fisik).

B.     Teori-teori perilaku agresif
Teori perilaku agresif menurut para tokoh terdapat beberapa macam diantaranya yaitu:
1.      Perilaku agresif sebagai perilaku bawaan
Sigmund Freud dalam teorinya berpandangan bahwa perilaku individu didorong oleh kekuatan dasar yang tak terpisahkan dari sifat kemanusiaan, yaitu perilaku agresif yang berasal dari insting baik itu insting kehidupan (Eros) dan insting kematian (Thanatos).
Insting kehidupan terdiri atas insting reproduksi atau insting seksual dan insting- insting yang ditujukan untuk pemeliharaan hidup, sedangkan insting kematian memiliki tujuan untuk menghancurkan hidup individu. Dalam teori ini perilaku agresif merupakan ekspresi dari adanya insting kematian. Insting inilah yang menjadi patokan untuk menjelaskan adanya beberapa bentuk tingkah laku agresif seperti peperangan ataupun bunuh diri.[16]
Sigmund Freud dengan pendapatnya di atas mendasarkan pada teori evolusi Darwin dalam penelitiannya tentang perilaku agresif, berpendapat manusia sejak kelahirannya telah membawa killing imperative, dengan ini manusia dihinggapi obsesi untuk menciptakan senjata dan menggunakan senjatanya itu untuk membunuh sesamanya bila perlu. Tetapi manusia memiliki mekanisme pengendalian yaitu nurani yang memainkan peranan dalam menghambat agresi.[17]
2.      Perilaku agresif sebagai perilaku belajar
Menurut teori ini, kondisi dan tingkah laku agresif terhadap individu lain bukan bersifat instingtif, tetapi diperoleh melalui belajar. Sears, dkk (1995) menyatakan mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia adalah proses balajar masa lampau. Bayi yang baru lahir menunjukkan perasaan agresif yang sangat impulsif. Bila keinginannya tidak terpenuhi dia akan menangis keras, memukul- mukul, menghantam apa saja yang dijangkau.
Pada kehidupan bayi tidak menyadari kehadiran orang lain sehingga tidak akan dapat mengganggu mereka secara sengaja. Bila bayi ini menyadari kehadiran orang lain, dia akan terus menerus melepaskan amarahnya dan mungkin mengarahkan kepada mereka. Tetapi pada masa dewasa ia akan mengendalikan dorongan impuls agresifnya secara kuat dan hanya melakukan Agresi dalam keadaan tertentu.[18]
3.      Perilaku agresif sebagai perilaku belajar sosial
Teori belajar sosial menekankan kondisi lingkungan yang membuat seseorang memperoleh dan memelihara respon-respon agresif. Asumsi dasar teori ini adalah sebagian besar perilaku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan (observasi) atas perilaku yang ditampilkan oleh individu-individu lain.[19]
Dalam belajar obsevasional terdapat empat proses hubungan antara satu dengan yang lain saling berkaitan, yaitu:
a.       Proses Atensi yaitu proses individu tertarik untuk memperhatikan dan mengamati tingkahlaku orang lain.
b.      Proses retensi yaitu proses seseorang pengamat dalam menyimpan tingkah laku yang telah diamati di dalam ingatannya.
c.       Proses reproduksi yaitu proses seseorang pengamat menangkap ulang tingkah laku orang lain yang disimpan.
d.      Proses motivasional dan penguatan yaitu tingkah laku yang telah diamati tidak akan dilakukan apabila pengamat kurang termotivasi.
4.      Perilaku agresif sebagai dorongan yang berasal dari luar
Pandangan tentang perilaku agresif tidak berhubungan dengan insting, namun ditentukan oleh kejadian-kejadian eksternal, di mana kondisi tersebut akan menimbulkan dorongan yang kuat pada seseorang untuk memicu kemunculan perilaku agresif. Salah satu teori dari kelompok ini adalah teori frustrasi-agresi yang dipelopori oleh Dollard dkk.
Teori ini menyatakan bahwa frustrasi menyebabkan berbagai kecenderungan, yang salah satunya adalah kecenderungan agresi, dan agresi timbul karena adanya frustrasi Apabila frustrasi meningkat, maka kecenderungan perilaku agresif pun akan meningkat. Kekuatan dorongan agresi yang disebabkan oleh frustrasi, tergantung besarnya kepuasan yang diharapkan dan  tidak dapat diperoleh.[20]
5.      Perilaku agresif sebagai perilaku katarsis
Tujuan perilaku agresif menurut teori ini adalah dalam rangka katarsis (pelepasan ketegangan) terhadap kompleks-kompleks terdesak dalam artian perasaan marah dapat dikurangi melalui pengungkapan agresi. Inti dari dari gagasan katarsis adalah bila seseorang merasa agresif, tindakan agresi yang dilakukannya akan mengurangi intensitas perasaannya. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi kemungkinannya untuk bertindak agresif.[21]

C.     Faktor penyebab perilaku agresif
Faktor penyebab perilaku agresif antara lain, yaitu:[22]
1.      Provokasi
Provokasi menurut kamus ilmiyah popluer yaitu pancingan, usikan, tantangan, gertakan serius, dan penghasutan.[23]
2.      Kondisi aversif
Aversi dalam kamus ilmiyah popular berarti sikap tidak senang terhadap orang lain, sehingga Kondisi avertif yaitu suatu kondisi yang tidak menyenanagkan terhadap orang lain.[24]Alasannya adalah orang akan selalu berusaha mencari keseimbangan. Maka dari itu orang akan mencoba membuat keseimbangan dengan jalan antara lain, berusaha menghilangkan atau mengubah situasi itu.
3.      Isyarat agresi
Isyarat agresi yaitu stimulus yang disosialisasikan dengan sumber frustasi yang menyebabkan timbulnya agresif. Bentuknya bisa berupa senjata tajam salah satu keadaan yang sering digunakan untuk menerangkan hal ini adalah konsep weapon effect. Pada prinsipnya konsep ini menerangkan bahwa kehadiran senjata tertentu yang sering digunakan untuk perbuatan agresif. Contoh, orang yang dekat dangan pistol atau senapan laras panjang, atau pedang akan lebih cepat menjadi agresif meskipun dengan sedikit stimulasi.
4.      Kehadiran orang lain
Kehadiran orang, bisa menimbulkan perilaku agresif jika orang tersebut berpotensi untuk menumbuhkan agresi. Dilain pihak, kehadiran orang lain justru sering menghambat agresi, terlebih lagi bila orang tersebut adalah pemegang otonomi yang berwibawa seperti polisi.
5.      Karakter individu
Berbagai penyebab diluar individu yang bersangkutan akan sulit mencetuskan perbuatan agresif tanpa ada faktor dari dalam. Fenomena yang paling sering terlihat adalah stimulasi dari beberapa faktor akan memperkuat potensi dalam diri individu yang kemudian menunculkan perilaku agresif.

D.    Cara mengurangi perilaku agresif
Cara mengurangi perilaku agresi antara lain yaitu:[25]
1.         Katarsis.
Ingin memukul teman misalnya, dialihkan pada memukul meja. Perilaku ini, oleh Freud disebut dengan katarsis. Yakni upaya untuk menurunkan rasa marah dan kebenciannya dengan cara yang lebih aman sehingga mengurangi bentuk agresi yang sekiranya akan muncul. Umumnya, katarsis berupa kegiatan fisik yang menguras tenaga. Ketika fisik lelah, diperkirakan tingkah laku agresif akan turun.
2.         Menampilkan tingkah laku yang memberi teladan yang baik.
3.         Mengurangi tayangan televisi yang menampilkan kekerasan.
4.         Mengurangi tingkah laku budaya dan pendidikan yang menunjukan agresivitas.
5.         Melakukan aktivitas seperti olahraga, menonton film-film laga atau hal yang menarik.
6.         Pelatihan ketrampilan sosial.
7.         Dengan memaafkan atau memberi maaf.
8.         Memberinya hukuman.

IV.             KESIMPULAN
Perilaku agresif adalah bentuk perilaku kekerasan manusia terhadap sesamanya yang disengaja dan bertujuan untuk menyakiti baik secara verbal (ucapan) maupun nonverbal (fisik). Teori perilaku agresif terdapat 5 macam bentuk yaitu: Perilaku agresif sebagai perilaku bawaan, Perilaku agresif sebagai perilaku belajar, Perilaku agresif sebagai perilaku belajar sosial, perilaku agresif sebagai dorongan yang berasal dari luar, perilaku agresif sebagai perilaku katarsis.
Faktor penyebab perilaku agresif antara lain, yaitu: Provokasi, Kondisi aversif, Isyarat agresi, Kehadiran orang lain, Karakter individu. Cara mengurangi perilaku agresi antara lain yaitu: Katarsis, Menampilkan tingkah laku yang memberi teladan yang baik, Mengurangi tayangan televisi yang menampilkan kekerasan, Mengurangi tingkah laku budaya dan pendidikan yang menunjukan agresivitas, Melakukan aktivitas seperti olahraga, menonton film-film laga atau hal yang menarik, Pelatihan ketrampilan social, Dengan memaafkan atau memberi maaf, Memberinya hukuman.

V.                PENUTUP
Demikianlah uraian yang dapat Penulis sampaikan dalam makalah ini. Sebagai manusia biasa, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari Para Pembaca sangat Penulis nantikan demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi Pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, Penghakiman Massa. Jakarta : Erlangga. 2005.
Adriyanto, Michael, Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. 1985.
Boeree. c. George, Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prisma Sophie. 2008.
Berkowitz, Leonard, Emotional Behavior (buku kesatu) Terjemahkan oleh Hartantni waro susiatni. Jakarta : PPM. 2003.
David, Jonathan, Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga. 2002.
Depdikbud, RI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ilmu. 1995.
Familia, Seri Pustaka, Menyikapi Perilaku Agresif Anak. Yogyakarta: Kanisius. 2006.
Gerungan, W. A., Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika Aditama. 2010.
Jalaluddin, H., Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada. 2007.
Koeswara, E., Agresi Manusia. Bandung : PT Erasco. 1998.
Pena, Tim Prima, Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya: Gitamedia Press. 2006.
Rohman, Fatur, Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka. 2006
Sujanto, Agus, Dkk., Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru. 1980.
Upe, Ambo, Tradisi Aliran Dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
http://blogilmupsikologi.wordpress.com/tag/perilaku-agresif/
http://www.psychologymania.com/2012/04/cara-mengatasi-agresi.html
ttp://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html


[1] Prof. Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo. Persada. 2007). hlm. 17
[2] Drs. Agus Sujanto, Dkk., Psikologi Kepribadian. (Jakarta: Aksara Baru. 1980). hlm. 15
[3] Ambo Upe, S. Sos., M.Si., Tradisi Aliran Dalam Sosiologi. (Jakarta: Rajawali Pers. 2010). hlm. 55-56
[4] Dr. C. George Boeree. Psikologi Sosial. (Jogjakarta: Prisma Sophie. 2008). hlm. 182
[5] http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html
[6] Tim Prima Pena, Kamus Ilmiyah Populer. (Surabaya: Gitamedia Press. 2006). hlm. 16
[7] RI. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka Ilmu.1995). hlm. 12
[8] http://www.a741k.web44.net/PERILAKU%20AGRESIF%20REMAJA.html
[9] E. Koeswara, Agresi Manusia. (Bandung : PT Erasco. 1998). hlm. 44
[10] Jonathan David, Psikologi Sosial. (Jakarta : Erlangga. 2002). hlm. 167
[11] Zainal Abidin, Penghakiman Massa. (Jakarta : Erlangga. 2005). hlm. 76
[12] E. Koeswara, Op.cit., hlm. 45
[13] Leonard Berkowitz, Emotional Behavior (buku kesat). Terjemahkan oleh Hartantni waro susiatni. (Jakarta: PPM. 2003). hlm. 89
[14] Seri Pustaka Familia, Menyikapi Perilaku Agresif Anak. (Yogyakarta: Kanisius. 2006). hlm. 63
[15] Michael Adriyanto, Psikologi Sosial. (Jakarta: Erlangga. 1985). hlm. 56
[16] Dr. Fatur Rohman, M. A., Psikologi Sosial. (Yogyakarta: Pustaka. 2006). hlm. 80
[17] http://indonesiaindonesia.com/f/63221-teori-perilaku-agresif/hmtl
[18] Jonathan David, Op.cit., hlm. 169
[19] http://blogilmupsikologi.wordpress.com/tag/perilaku-agresif/hmtl
[20] Dr. W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama. 2010). hlm.  189-190
[21] Michael Adriyanto, Op.cit., hlm. 58
[22] Dr. Fatur Rohman, M. A., Op.cit., hlm. 87-88
[23] Tim Prima Pena, Op.cit., hlm. 392
[24] Ibid., hlm. 56
[25]  http://www.psychologymania.com/2012/04/cara-mengatasi-agresi.html/04-12-20129:47

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »