EFEKTIVITAS PROSES KONSELING
PADA TAHAP AWAL

I.                   PENDAHULUAN
Kemajuan zaman yang begitu pesat di berbagai bidang (EKSOSBUD), maka banyak orang yang memiliki berbagai penyakit psikologi yang aneh, dan itu dikarenakan karena banyak orang yang belum bisa mengatasi berbagai persoalan dalam hidupnya. Misalnya orang kota yang belum dapat kerja, sehingga bingung mau kerja apa? padahal persaingan ekonomi di kota begitu ketat! Sehingga mengakibatkan individu frustasi, depresi, stress bahkan sampai pada psikosis. Untuk itu peran bimbingan dan konseling aktif sangat efektif untuk menangani masalah ini.
Bimbingan konseling ini mempunyai tujuan yang sangat bagus, diantaranya yaitu: menjadikan kepribadian yang efektif, dapat merubah perilaku individu ke arah yang lebih baik, menjadikan pribadi yang sehat dan memiliki mental positif, serta menjadikan pribadi yang dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah.[1] Atau dapat kita katakan, tujuan dari bimbingan konseling adalah upaya membantu memandirikan klien dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.[2]
Agar proses bimbingan dan konseling itu berjalan lancar maka dibutuhkan seorang konselor harus mengetahui tahap-tahap dalam konseling serta harus menggunakan teknik-teknik apa saja yang terkait dalam konseling. Adapun tahapan dalam proses konseling itu ada tiga, yaitu konseling tahap awal, konseling tahap pertengahan dan konseling tahap akhir. Namun dalam makalah ini penulis fokus membahas mengenai proses dan tahap awal yang terjadi dalam proses konseling.

II.                PEMBAHASAN
A.     Efektivitas proses konseling tahap awal
Konseling merupakan suatu proses wawancara yang dilakukan antara konselor dengan klien untuk membantu klien dalam mengatasi hambatan klien dan untuk mencapai perkembangan optimal yang dimiliki oleh klien.[3]
Proses tersebut dapat terjadi setiap waktu dan dalam pelaksanaannya, proses ini dilakukan melalui tiga tahap salah satunya yaitu tahap awal.
Ø  Tahap awal
Pada tahap ini disebut juga tahap definisi masalah, tahap ini dikatakan efektif jika telah mencapai pada tujuan-tujuannya. Sedangkan tujuannya adalah supaya konselor dan klien dapat mendefinisikan masalah bersama dari isu-isu/pesan yang telah dipaparkan klien kepada konselor.[4]
Tahap ini dimulai sejak klien menemui konselor hingga proses konseling berjalan. Pada tahap ini yang perlu dilakukan konselor, diantaranya:[5]
a.       Membangun hubungan konseling (kunci keberhasilan proses konseling terletak pada point ini, asas juga dimainkan pada season ini sehingga klien tersebut mudah terbuka pada konselor)
b.      Memperjelas dan mendefinisikan masalah klien
c.       Membuat penaksiran dan penjajakan, caranya dengan membangkitkan semua potensi klien dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.
d.      Menegosiasikan kontrak, yaitu kontrak waktu (lamanya waktu yang diinginkan klien dengan konselor), kontrak tugas (berbagi tugas antara konselor dan klien) maupun kontrak kerja sama (terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan klien dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.
Untuk tercapainya, tujuan dalam tahap awal alangkah baiknya seorang konselor juga harus menggunakan dalam teknik proses konseling, antara lain:

Ø  Attending
Perilaku menghampiri klien yang mencakup berbagai komponen, kontak mata, gesture (bahasa tubuh), dan bahasa lisan.
Ø  Empati
Perilaku memahami pikiran, perasaan, dan keinginan klien.
Ø  Refleksi perasaan
Ketrampilan konselor untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal.
Ø  Eksplorasi
Ketrampilan konselor untuk menggali berbagai perasaan, pengalaman, maupun ide-ide klien yang masih tersimpan dengan menggunakan berbagai pertanyaan-pertanyaan terbuka (5W+1H).
Ø  Menangkap ide utama
Ketrampilan konselor untuk menangkap ide/inti yang telah diungkapkan oleh klien kemudian masalah didefinisikan bersama-sama.
Ø  Dorongan minimal
Yaitu dorongan langsung dan singkat misal: oh…ya……..terus… dan.[6]

III.             KESIMPULAN
Konseling merupakan suatu proses wawancara yang dilakukan antara konselor dengan klien untuk membantu klien dalam mengatasi hambatan klien dan untuk mencapai perkembangan optimal yang dimiliki oleh klien.
Proses Konseling dilakukan melalui tiga tahap, salah satunya adalah tahap awal. Tahap awal bisa efektif jika telah mencapai pada tujuannya yaitu antara konselor dan klien dapat mendefinisikan masalah bersama dari isu-isu/pesan yang telah dipaparkan klien kepada konselor dan juga dibantu dengan menggunakan beberapa teknik (attending, empati, refleksi, eksplorasi, menangkap pesan, dan dorongan minimal).

IV.             PENUTUP
Demikianlah uraian yang dapat Penulis sampaikan dalam makalah ini. Sebagai manusia biasa, tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari Para Pembaca sangat Penulis nantikan demi kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi Pembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Mappiare AT., Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1992.
Amti, Erman & Prayitno,  Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Mashudi, Farid, Psikologi Konseling, Jogjakarta: IRCiSoD, 2012.
Willis, Sofyan S., Konseling Individual Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2002.
http://Akhmad Sudrajat.Wordpress.Com 01 - 04 - 09



[1] Andi Mappiare AT., Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1992), hlm. 46-50
[2] http://Akhmad Sudrajat.Wordpress.Com 01 - 04 - 09
[3] Prayitno & Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 100
[4] Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2002), hlm. 239
[5] Farid Mashudi, Psikologi Konseling, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hlm. 121
[6] Sofyan S. Willis, Op.cit, hlm. 160-166

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »